Senin, 10 Maret 2014

karya tulis

Ebiet G. Ade
Nama asli : Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far
Tanggal lahir : 21 April 1954
Lahir di : Wanadadi, Jawa Tengah, Indonesia
Zodiac : Aries
Terkenal sejak merilis album "Camellia III" (1980)
Nama Asli
Abid Ghoffar bin Aboe Dja'far

Tanggal Lahir
21 April 1954

Tempat Lahir
Wanadadi, Jawa Tengah, Indonesia

Kewarganegaraan
Indonesia

Ayah
Aboe Dja'far

Pekerjaan Ayah
Pegawai Negeri Sipil

Ibu
Saodah

Pekerjaan Ibu
Pedagang kain

Suami/Istri
Koespudji Rahayu Sugianto

Anak-anak
Abietyasakti "Abie" Ksatria Kinasih, Aderaprabu "Dera" Lantip Trengginas, Byatriasa "Yayas" Pakarti Linuwih, Segara "Dega" Banyu Bening

Populer Sejak
Merilis album "Camellia III" (1980)

Karya tulis


Jalan-jalan di Sumatera Barat 


Istano Basa PagaruyungJam 8.30 pagi waktu setempat roda pesawat Airbus dari maskapai penerbangan Mandala Air mendarat di Bandara International Minangkabau di Sumateta Barat dengan ditemani cuaca yang kurang bersahabat. Langit mendung yang di ikuti hujan yang lumayan deras menyambut kedatangan saya untuk pertama kalinya di bumi Minangkabau. Tapi untungnya cuaca yang kurang bersahabat tersebut tidak berlangsung lama, karena selang beberapa saat sehabis mengambil bagasi dan menuju keluar bandara hujan reda, yg ada tinggal gerimis kecil. Hal pertama yang dilakukan ketika keluar dari bandara adalah mengontak supir rental yang sudah dibooking beberapa hari sebelum berangkat ke Padang. Dodi sang supir yang akan menemani selama perjalanan di Sumateta barat ini, langsung memasukan tas travel buat kebutuhan selama 4 hari yangg isinya lebih banyak perlengkapan hobby diantaranya fin, snorkel, peralatan kamera dan baju rushguard buat snorkeling. Sedangkan baju salin sendiri hanya membawa 1 celana pendek dan 2 kaos cadangan, diluar kaos+kemeja dan celana jeans yg di pakai.

Seperti yang sudah-sudah , Itenerary  pasti semuanya saya yangg atur sendiri. Kali ini sampai pemilihan hotel tempat menginapun saya yg pilihin. Jalan-jalan sekarang agak sedikit berbeda karena pilihan penginapan disisi budget yang tidak biasa, walo sebenarnya ngak terlalu dinikmati juga. Google map lah yang menentukan kapan dan dimana harus menginap selama 4 hari 3 malem perjalanan Sumbar. Tanpa pikir panjang malam pertama dipilih Nuansa Maninjau Resort di deket danau Maninjau yang menurut kantong harganya sebenarnya Over Price wkkk tapi yah kali ini ingin menikmati ‘lebih’ dari biasanya hehe. Untuk malem kedua dan ketiga setelah tawar menawar sama marketing Hotel akhirnya dapet menginap di HW Hotel Padang di jalan Hayam Wuruk. Sebenarnya pilihan hotel tersebut agak sedikit over budget, tapi berhubung travelmate yang lain pada setuju ya udah book aja hehe.
Dengan sangat PD ketika keluar dari bandara bilang ke supir untuk di antar ke Bukittinggi. Keliling Bukittinggi lalu lanjut menginap di Nuansa Maninjau Resort sekitar Maninjau. Supir bertanya apakah kami sebelumnya pernah ke Padang, jawabanya kompak ‘Belum’ haha. Overall rencana keliling di Sumbar ini sudah diatur sedemikian rupa sehingga rute jalan2nya ngak bolak balik ngabisin waktu. Hal pertama yang dilakukan ketika keluar dari pintu bandara adalah mencari makanan buat sarapan pagi, beberapa kilometer keluar dari bandara mampir terlebih dahulu di salah satu sudut warung makan biasa untuk mengisi kalori buat sumber tenaga. Perjalanan dilanjutkan dan rintik-rintik hujan kadang membesar kadang berhenti, yang pasti selama perjalanan ke Lembah Anai kondisi cuacanya seperti ini. Jalan luar kota dari bandara Minangkabau sampai Bukittinggi kondisinya secara umum bagus, tepat 3.4KM dari bandara sampai di perempatan kanan ke Padang dan kiri ke arah Padang Panjang dan terus Bukittinggi. Karena di hari pertama ini kami menginap di Nuansa Maninjau Resort sekitar Maninjau, otomatis kota Padang di skip dan mobil melaju lancar menuju arah Padang Panjang. Ketika memasuki Lembah Anai Kondisi aspal yang basah tetapi tidak becek, serta keadaan kiri kanan lembah yang hijau menghiasi perjalanan kali ini. Bekas rel kereta api di samping jalan juga ikut menghiasi keindahan landscape sekitar lembah anai. Sayang rel kereta api tersebut hanya tinggal kenangan karena sudah tidak ada lagi kereta api yang beroperasi di rel ini. Sekitar jam 10.30 waktu setempat tidak terasa kilometer sudah menunjukan angka 46km, tepat berada di Air Terjun Lembah Anai. Sayang ketika sampai di air terjun ini kondisi gerimis semakin membesar, tetapi itu tidak akan menghentikan buat turun menuju air terjun karena sudah diplanning perjalanan ini akan memakai jalan pulang dan pergi yang berbeda, untuk itu daripada menyesal tidak bisa ambil poto lebih baik sedikit berhujan2an hanya untuk memuaskan hati guna menikmati keindahan air terjun ini.
Air terjun lembah Anai ini tepat berada di pinggir jalan, jadi bisa anda bayangkan kalo banyak mobil yang berhenti atau memelanin mobil sebentar saja akan di klakson oleh kendaraan2 di belakang anda hehe, jadi lebih baik anda turun dan parkir di tempat yang di sediakan di banding memperlambat mobil yang hanya akan membuat kemacetan di belakang anda.
Air Terjun Lembah Anai Jam Gadang, Bukittinggi
Jembatan penghubung kebun binatang dan benteng Fort de Kock Museum rumahgadang di benteng Fort de Kock
Air Terjun Lembah Anai, Jam Gadang dan benteng Fort de Kock
Tak terasa selepas dari Lembah Anai sekitar 55km perjalanan, pusat kota Padang Panjang terlewati, tepatnya di pertigaan yang ke arah Singkarak sebelah kanan dan lurus ke Bukittinggi. Kami ambil arah Bukittinggi, beberapa kilometer keluar dari pertigaan tersebut kami mampir di pusat pengrajin pandai sikek Padang Panjang, walau secara kualitas barang2 yang di jual disini lumayan ok tetapi saya sendiri tidak membeli apa2 di sini. Sebelum memasuki Bukittinggi kemacetan sudah terlihat di depan mata. Alaaamaaaaaaakkkkk jauh-jauh jalan kesini hanya untuk menikmati kemacetan hadooooooohhh, ternyata Bukittinggi di long weekend katanya selalu muaaaceeeett. Untungnya selepas perempatan yang kearah Maninjau kemacetan mulai terurai tepatnya dikilometer 70 GPS. Memasuki Bukittinggi suasananya semakin ramai dan padet, mengingatkan akan kota Bogor. Tujuan utama ketika sampai Bukittinggi adalah ingin menikmati kuliner Bukittinggi yang terkenal enak2. Rumah makan Bebek Lado Ijo Mudo di sekitar Ngarai Sianok lah yang dituju. Tepat Jam 1 siang di kilometer 76, kami sampai di rumah makan tersebut. Ternyata emang makananya rekomended banget hahahaha entah karena memang enak atau laper karena sudah jam 1 atau kombinasi dua2nya yang pasti makan disini nikmat bangettt. Kurang lebih 1/2 jam menikmati hidangan kuliner Bukittinggi kembali kami keatas untuk sekedar menikmati keindahan alam Ngarai Sianok.
Sebelumnya hanya melihat di poto atau tv akhirnya kesampaian juga melihat keindahan ngarai sianok dengan mata kepala sendiri hehe. Puas menikmati keindahan ngarai sianok hal yang patut di kunjungi ketika di Bukittinggi ialah Jam Gadang, ternyata kondisi sekitar Jam Gadang ketika tanggal merah padatnya minta ampun. Selain terlalu ramai hal utama kenapa men-skip Jam Gadang di hari pertama adalah karena waktu yang sudah menunjukan angka 14.45 dan dengan berat hati kami skip melihat2 jam Gadang walo akan kami datangi kembali ketika esok hari di pagi ketika suasana jauh lebih sepi hehe.
Ngarai Sianok, Bukittinggi Ngarai Sianok, Bukittinggi
Ngarai Sianok, Bukittinggi Ngarai Sianok, Bukittinggi
Ngarai Sianok
Kali ini jalur yang di ambil supir ketika akan ke danau Maninjau diluar perkiraan, dia memakai jalan alternatif melewati ngarai sianok dan tidak kembali ke perempatan arah Padang Panjang keluar kota Bukittinggi, ternyata jalurnya memang lebih dekat berdasarkan peta GPS. Badan jalan yang lumayan kecil dengan kondisi jalan yang sepi serta kelak kelok tetapi di hiasi dinding ngarai di kanan jalan menambah eksotis jalur alternatif ini. Kurang lebih 9.7km dari rumah makan bebek lado ijo ngarai sianok ato total 86km dari Bandara menemui pertigaan dan menyambung ke jalan utama untuk menuju Danau Maninjau. Tetapi untuk menikmati keindahan Danau Maninjau yang lebih mantab kami naik menuju Puncak Lawang yang juga merupakan tempat olahraga dirgantara Paragliding. Tepat di kilometer 96 kami berada di ketinggian puncak Lawang mengarah ke bentangan alam danau Maninjau yang eksotis.
Danau Maninjau Danau Maninjau
Danau Maninjau
Hanya ada kata WOW ketika melihat keindahan Maninjau dari sini, tempat ini bener2 saya rekomendasikan sebagai gardu pandang untuk melihat genangan air yang maha luas dari ketinggian. Terkesima melihat pemandangan dan sangat betah sekali untuk berlama-lama disini, karena selain keindahan pemandangannya tetapi suasana sejuk yang bikin tambah malas buat cabut dari tempat ini. Tetapi karena waktu yang sudah menunjukan jam 16.30 dengan berat hati kami turun untuk check in, di kilometer 107 sampai juga di Hotel Nuansa Maninjau Resort. Sekilas hotelnya lumayan ok dan besar terus kondisi kamarnya lumayan bagus walo tidak bersih-bersih amat tetapi cukup bersih.
Karena maniak air walo badan masih lelah ngak tahan melihat kolam renang langsung nyeburrrrrr.. dan untuk pemanasan berenang di Pamutusan nanti di hari ketiga saya bolak-balik terus berenang sampai bener2 lelah. Ternyata hotel ini menyediakan kolam jacuzi hangat, sayang kalau harus di lewatkan, setelah berenang langsung berendam di kolam hangat jacuzi. Malam harinya kami makan malam di hotel karena paketnya sudah termasuk makan malem. Tetapi menu yang disediakan tidak seimbang dengan harga yang dikeluarkan :p , selain kurang variatif secara rasa juga biasa-biasa saja. Tetapi memang di hotel ini menang secara lokasi, di lokasi tempat makan bisa melihat ke arah danau dari kejauhan.
View Danau Maninjau dari Puncak Lawang View Danau Maninjau dari Puncak Lawang
 Danau Maninjau View Danau Maninjau dari Puncak Lawang
Danau Maninjau
Pagi hari harus sudah siap2 karena harus keliling, ketika sarapan melihat keluar jendela restaurant .. baru ngeh kalo Danau Maninjau di pagi hari dan di lihat dari ketinggian keren banget.. terlihat ada seperti kabut atau awan tipis tepat berada di atas permukaan danau …kerennnnn … biasa melihat gulungan awan tebal atau tipis di bawah kaki ketika di atas gunung sudah biasa.. tetapi ini melihat awan tipis berada di atas danau yang dekat banget sama permukaan danau benar benar keren, baru pertama kali saya melihat yang seperti ini.
Selesai sarapan jam 8 pagi lewat kami check out dan melanjutkan kembali ke Bukittinggi guna melihat2 jam Gadang dan juga benteng Fort de Kock. Kurang lebih jam 9 pagi kami sudah sampai di depan pintu gerbang benteng Fort de Kock yang sekarang menyatu dengan kebun binatang Bukittinggi.