Jalan-jalan di Sumatera Barat
Jam
8.30 pagi waktu setempat roda pesawat Airbus dari maskapai penerbangan
Mandala Air mendarat di Bandara International Minangkabau di Sumateta
Barat dengan ditemani cuaca yang kurang bersahabat. Langit mendung yang
di ikuti hujan yang lumayan deras menyambut kedatangan saya untuk
pertama kalinya di bumi Minangkabau. Tapi untungnya cuaca yang kurang
bersahabat tersebut tidak berlangsung lama, karena selang beberapa saat
sehabis mengambil bagasi dan menuju keluar bandara hujan reda, yg ada
tinggal gerimis kecil. Hal pertama yang dilakukan ketika keluar dari
bandara adalah mengontak supir rental yang sudah dibooking beberapa hari
sebelum berangkat ke Padang. Dodi sang supir yang akan menemani selama
perjalanan di Sumateta barat ini, langsung memasukan tas travel buat
kebutuhan selama 4 hari yangg isinya lebih banyak perlengkapan hobby
diantaranya
fin, snorkel, peralatan kamera dan baju rushguard buat snorkeling.
Sedangkan baju salin sendiri hanya membawa 1 celana pendek dan 2 kaos
cadangan, diluar kaos+kemeja dan celana jeans yg di pakai.
Seperti yang sudah-sudah , Itenerary pasti semuanya saya yangg atur
sendiri. Kali ini sampai pemilihan hotel tempat menginapun saya yg
pilihin. Jalan-jalan sekarang agak sedikit berbeda karena pilihan
penginapan disisi budget yang tidak biasa, walo sebenarnya ngak terlalu
dinikmati juga. Google map lah yang menentukan kapan dan dimana harus
menginap selama 4 hari 3 malem perjalanan Sumbar. Tanpa pikir panjang
malam pertama dipilih Nuansa Maninjau Resort di deket danau Maninjau
yang menurut kantong harganya sebenarnya Over Price wkkk tapi yah kali
ini ingin menikmati ‘lebih’ dari biasanya hehe. Untuk malem kedua dan
ketiga setelah tawar menawar sama marketing Hotel akhirnya dapet
menginap di HW Hotel Padang di jalan Hayam Wuruk. Sebenarnya pilihan
hotel tersebut agak sedikit over budget, tapi berhubung travelmate yang
lain pada setuju ya udah book aja hehe.
Dengan sangat PD ketika keluar dari bandara bilang ke supir untuk di
antar ke Bukittinggi. Keliling Bukittinggi lalu lanjut menginap di
Nuansa Maninjau Resort sekitar Maninjau. Supir bertanya apakah kami
sebelumnya pernah ke Padang, jawabanya kompak ‘Belum’ haha. Overall
rencana keliling di Sumbar ini sudah diatur sedemikian rupa sehingga
rute jalan2nya ngak bolak balik ngabisin waktu. Hal pertama yang
dilakukan ketika keluar dari pintu bandara adalah mencari makanan buat
sarapan pagi, beberapa kilometer keluar dari bandara mampir terlebih
dahulu di salah satu sudut warung makan biasa untuk mengisi kalori buat
sumber tenaga. Perjalanan dilanjutkan dan rintik-rintik hujan kadang
membesar kadang berhenti, yang pasti selama perjalanan ke Lembah Anai
kondisi cuacanya seperti ini. Jalan luar kota dari bandara Minangkabau
sampai Bukittinggi kondisinya secara umum bagus, tepat 3.4KM dari
bandara sampai di perempatan kanan ke Padang dan kiri ke arah Padang
Panjang dan terus Bukittinggi. Karena di hari pertama ini kami menginap
di Nuansa Maninjau Resort sekitar Maninjau, otomatis kota Padang di skip
dan mobil melaju lancar menuju arah Padang Panjang. Ketika memasuki
Lembah Anai Kondisi aspal yang basah tetapi tidak becek, serta keadaan
kiri kanan lembah yang hijau menghiasi perjalanan kali ini. Bekas rel
kereta api di samping jalan juga ikut menghiasi keindahan landscape
sekitar lembah anai. Sayang rel kereta api tersebut hanya tinggal
kenangan karena sudah tidak ada lagi kereta api yang beroperasi di rel
ini. Sekitar jam 10.30 waktu setempat tidak terasa kilometer sudah
menunjukan angka 46km, tepat berada di Air Terjun Lembah Anai. Sayang
ketika sampai di air terjun ini kondisi gerimis semakin membesar, tetapi
itu tidak akan menghentikan buat turun menuju air terjun karena sudah
diplanning perjalanan ini akan memakai jalan pulang dan pergi yang
berbeda, untuk itu daripada menyesal tidak bisa ambil poto lebih baik
sedikit berhujan2an hanya untuk memuaskan hati guna menikmati keindahan
air terjun ini.
Air terjun lembah Anai ini tepat berada di pinggir jalan,
jadi bisa anda bayangkan kalo banyak mobil yang berhenti atau memelanin
mobil sebentar saja akan di klakson oleh kendaraan2 di belakang anda
hehe, jadi lebih baik anda turun dan parkir di tempat yang di sediakan
di banding memperlambat mobil yang hanya akan membuat kemacetan di
belakang anda.
Air Terjun Lembah Anai, Jam Gadang dan benteng Fort de Kock
Tak terasa selepas dari Lembah Anai sekitar 55km perjalanan, pusat
kota Padang Panjang terlewati, tepatnya di pertigaan yang ke arah
Singkarak sebelah kanan dan lurus ke Bukittinggi. Kami ambil arah
Bukittinggi, beberapa kilometer keluar dari pertigaan tersebut kami
mampir di pusat pengrajin pandai sikek Padang Panjang, walau secara
kualitas barang2 yang di jual disini lumayan ok tetapi saya sendiri
tidak membeli apa2 di sini. Sebelum memasuki Bukittinggi kemacetan
sudah terlihat di depan mata. Alaaamaaaaaaakkkkk jauh-jauh jalan kesini
hanya untuk menikmati kemacetan hadooooooohhh, ternyata Bukittinggi di
long weekend katanya selalu muaaaceeeett. Untungnya selepas perempatan
yang kearah Maninjau kemacetan mulai terurai tepatnya dikilometer 70
GPS. Memasuki Bukittinggi suasananya semakin ramai dan padet,
mengingatkan akan kota Bogor. Tujuan utama ketika sampai Bukittinggi
adalah ingin menikmati kuliner Bukittinggi yang terkenal enak2. Rumah
makan Bebek Lado Ijo Mudo di sekitar Ngarai Sianok lah yang dituju.
Tepat Jam 1 siang di kilometer 76, kami sampai di rumah makan tersebut.
Ternyata emang makananya rekomended banget hahahaha entah karena memang
enak atau laper karena sudah jam 1 atau kombinasi dua2nya yang pasti
makan disini nikmat bangettt. Kurang lebih 1/2 jam menikmati hidangan
kuliner Bukittinggi kembali kami keatas untuk sekedar menikmati
keindahan alam Ngarai Sianok.
Sebelumnya hanya melihat di poto atau tv akhirnya kesampaian juga
melihat keindahan ngarai sianok dengan mata kepala sendiri hehe. Puas
menikmati keindahan ngarai sianok hal yang patut di kunjungi ketika di
Bukittinggi ialah Jam Gadang, ternyata kondisi sekitar Jam Gadang
ketika tanggal merah padatnya minta ampun. Selain terlalu ramai hal
utama kenapa men-skip Jam Gadang di hari pertama adalah karena waktu
yang sudah menunjukan angka 14.45 dan dengan berat hati kami skip
melihat2 jam Gadang walo akan kami datangi kembali ketika esok hari di
pagi ketika suasana jauh lebih sepi hehe.
Kali ini jalur yang di ambil supir ketika akan ke danau Maninjau
diluar perkiraan, dia memakai jalan alternatif melewati ngarai sianok
dan tidak kembali ke perempatan arah Padang Panjang keluar kota
Bukittinggi, ternyata jalurnya memang lebih dekat berdasarkan peta GPS.
Badan jalan yang lumayan kecil dengan kondisi jalan yang sepi serta
kelak kelok tetapi di hiasi dinding ngarai di kanan jalan menambah
eksotis jalur alternatif ini. Kurang lebih 9.7km dari rumah makan bebek
lado ijo ngarai sianok ato total 86km dari Bandara menemui pertigaan dan
menyambung ke jalan utama untuk menuju Danau Maninjau. Tetapi untuk
menikmati keindahan Danau Maninjau yang lebih mantab kami naik menuju
Puncak Lawang yang juga merupakan tempat olahraga dirgantara
Paragliding. Tepat di kilometer 96 kami berada di ketinggian puncak
Lawang mengarah ke bentangan alam danau Maninjau yang eksotis.
Danau Maninjau
Hanya ada kata WOW ketika melihat keindahan Maninjau dari sini,
tempat ini bener2 saya rekomendasikan sebagai gardu pandang untuk
melihat genangan air yang maha luas dari ketinggian. Terkesima melihat
pemandangan dan sangat betah sekali untuk berlama-lama disini, karena
selain keindahan pemandangannya tetapi suasana sejuk yang bikin tambah
malas buat cabut dari tempat ini. Tetapi karena waktu yang sudah
menunjukan jam 16.30 dengan berat hati kami turun untuk check in, di
kilometer 107 sampai juga di Hotel Nuansa Maninjau Resort. Sekilas
hotelnya lumayan ok dan besar terus kondisi kamarnya lumayan bagus walo
tidak bersih-bersih amat tetapi cukup bersih.
Karena maniak air walo badan masih lelah ngak tahan melihat kolam
renang langsung nyeburrrrrr.. dan untuk pemanasan berenang di Pamutusan
nanti di hari ketiga saya bolak-balik terus berenang sampai bener2
lelah. Ternyata hotel ini menyediakan kolam jacuzi hangat, sayang kalau
harus di lewatkan, setelah berenang langsung berendam di kolam hangat
jacuzi. Malam harinya kami makan malam di hotel karena paketnya sudah
termasuk makan malem. Tetapi menu yang disediakan tidak seimbang dengan
harga yang dikeluarkan :p , selain kurang variatif secara rasa juga
biasa-biasa saja. Tetapi memang di hotel ini menang secara lokasi, di
lokasi tempat makan bisa melihat ke arah danau dari kejauhan.
Pagi hari harus sudah siap2 karena harus keliling, ketika sarapan
melihat keluar jendela restaurant .. baru ngeh kalo Danau Maninjau di
pagi hari dan di lihat dari ketinggian keren banget.. terlihat ada
seperti kabut atau awan tipis tepat berada di atas permukaan danau
…kerennnnn … biasa melihat gulungan awan tebal atau tipis di bawah kaki
ketika di atas gunung sudah biasa.. tetapi ini melihat awan tipis
berada di atas danau yang dekat banget sama permukaan danau benar benar
keren, baru pertama kali saya melihat yang seperti ini.
Selesai sarapan jam 8 pagi lewat kami check out dan melanjutkan kembali
ke Bukittinggi guna melihat2 jam Gadang dan juga benteng Fort de Kock.
Kurang lebih jam 9 pagi kami sudah sampai di depan pintu gerbang benteng
Fort de Kock yang sekarang menyatu dengan kebun binatang Bukittinggi.